Friday, October 05, 2007

Saya ingin pulang

Pulang ?

Bagi sebagian orang mungkin kalimat ini begitu biasa. Seperti hari-hari menjelang Idul Fitri ini, jika mereka ditanya apa rencana mereka dalam menyambutnya, tidak sedikit yang akan menjawab "PULANG kampung".

"Pulang" apa sih istimewanya ?

Buat saya kata pulang adalah salah satu kata yang punya arti begitu dalam. Sebenarnya agak sulit buat saya menjelaskannya karena begitu abstrak. Karena "pulang" yang saya maksud bukan dalam artian fisik, tapi dalam artian rohani.

Buat saya pulang identik dengan saya kembali berada di "rumah" saya dalam kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan. "Rumah" saya sebenarnya. Berkumpul dengan "orangtua" dan "keluarga" saya sambil bercerita apa saja yang sudah saya lakukan dalam "Life Journey" saya.

Saya membayangkan nantinya akan seperti anak kecil yang berusaha mencari perhatian orangtua dan saudara lainnya dengan cerita-cerita tersebut. Yang dengan semangat menceritakan apa saja yang sudah saya lakukan, "berusaha menebarkan senyum dan damai pada saudara-saudara yang saya temui dalam perjalanan hidup saya". Sungguh, senyum-senyum mereka adalah kebahagiaan buat saya.

Saya ingin pulang...

Bukan pulang begitu saja... tapi dengan kepuasan. Dengan kebanggaan anak-anak yang bisa dengan tersenyum bercerita pada "orangtuanya" kalau ia tidak hanya sekedar lewat saja di jalan-jalan kehidupannya!

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya" (Al Fajr : 27-28)

Monday, October 01, 2007

Pilihan-pilihan

Life is a choice... hidup adalah sebuah pilihan sepeti sebuah judul buku yang pernah saya lihat. Sejatinya sebuah pilihan akan ada sebuah tanggungjawab di dalamnya. Itupun akan diikuti cabang-cabang pilihan selanjutnya dan tidak akan pernah berhenti sampai kita akhirnya "pergi".

Semua orang dinilai atas apa yang sudah dilakukannya dan tentu apapun yang dilakukan itu adalah pilihan. Walaupun saya selalu berusaha tidak peduli dengan apapun penilaian orang, tapi setidaknya kadang-kadang itu mengusik saya juga. Dan kadang saya tidak nyaman dengan apa yang akhirnya terjadi.

Pilhan bukan hanya berdasar masalah benar-salah, tapi juga pilihan benar-benar. Dan itu selalu membingungkan... Kapan saya harus memilih yang ini, kapan harus memilih yang itu... yang pasti apapun pilihannya, saya harus siap dengan konsekuensinya. Dan kembali ke masalah memilih, saya merasakan sampai sekarang saya belum cukup dewasa untuk menjadi pemilih yang baik.

Akhirnya semua kembali ke nature saya lagi. Di saat saya sedang berusaha belajar "mendengarkan" hati saya, "pikiran" saya kembali mendominasinya.

Sepertinya saya egois? Atau juga belum cukup dewasa dan bijaksana dalam memilih? Semua itu bisa benar, dan entah sampai kapan saya akan terus seperti itu. Dan mungkin ini yang akhirnya membentuk sikap saya yang tidak terlalu memasalahkan pilihan-pilihan yang dibuat oleh teman-teman saya. Sikap yang memposisikan diri saya sebagai "hakim" yang mengatakan ini salah ataupun ini benar. Saya sadar bahwa sayapun seperti mereka yang berusaha membuat pilihan terbaik dalam hidupnya. Saya tidak tahu apakah sikap saya itu benar atau salah. Tapi di situlah saya menemukan makna bahwa niat yang baik dan ikhlas menerima apapun hasilnya adalah sangat penting.

Semoga saya semakin diberikan kedewasaan dalam menentukan pilihan-pilihan saya. Amin...