Thursday, November 09, 2006

Sombong

"Dha... kamu berbeda sekarang, jadi lebih sombong."

Sebuah komentar dari seorang teman yang begitu tajam menusuk hati. Hingga tiba-tiba bermunculan berbagai macam pertanyaan di hati. "Apa benar saya sekarang sombong... Kenapa sampai terlontar pernyataan itu?"

Malam itu juga selepas pertemuan dengannya, saya langsung menelepon teman tersebut. Saya minta maaf kalau saya sudah sombong kepadanya dan berterimakasih untuk kritiknya. Tp yg jadi masalah... "Apakah benar saya sombong?"

Dan setelah coba saya pikirkan, ternyata jawabannya YA. Keinginan untuk menolong, belajar merendahkan hati, menurut saya bisa jadi merupakan bibit-bibit kesombongan apabila itu diniatkan untuk "show off" atau mencari pengakuan. Merendahkan diri tp meninggikan mutu. Dan sedikit banyaknya niat itu sering terlintas di hati. Sebuah kekurangan dalam diri yg harus selalu dilawan.

Ternyata kesombongan itu tidak harus selalu bermuka pamer, merendahkan orang lain, dan bentuk sejenisnya yang sudah sering saya dengar di Sekolah, Ceramah, dll. Dia juga bisa bermuka tindakan yang baik, membantu orang lain, mengajak kepada kebaikan, dll. Sehingga akhirnya saya berpikir bahwa kesombongan itu muaranya adalah keinginan untuk mencari pengakuan dari orang lain tidak hanya sekedar membanggakan diri, tp juga merendahkan hati dengan niat untuk dipuji.

Dan mencari pengakuan dari orang lain, menurut saya adalah sebuah bentuk ketidakpercayaan diri. Pengakuan dalam konteks "personality". Mungkin inikah jawabannya mengapa orang yg hanya mencari pengakuan dari dirinya sendiri dan Sang Khalik terlihat lebih lebih tenang dan percaya diri? Jalannya lempeng-lempeng aja... Tidak peduli dengan omongan orang lain selama dia merasa niatnya dan tindakannya lurus?

Satu yg saya dapat tarik, ternyata langkah pertama untuk mengobati kesombongan saya adalah... saya harus menundukkan diri saya dahulu, menghancurkan tembok ego saya dgn niat selurus-lurusnya.

Terimakasih untuk teman-teman saya yg selalu mengingatkan saya. Semoga saya masih punya waktu untuk meminta maaf pada kalian sebelum pada akhirnya saya dipanggil oleh DIA yg memiliki saya.

Ya ALLAH saya mohon ampun atas kerendahan hamba...
Yang masih menempatkan ilusi-ilusi itu di tempat yg tinggi
Jauhkan hamba dari sifat sombong, karena hanya Engkau yg berhak atas itu...
Berikan hamba hati yg tulus... ikhlas, dan jiwa yang tenang

"Hai jiwa-jiwa yg tenang... kembalilah menghadap Tuhanmu dengan ikhlas"
Semoga...

1 Comments:

At 7:27 PM, Blogger Ira Lathief said...

Kalo kata Ary Ginanjar, penggagas ESQ, kita butuh "kecerdasan spiritualitas" supaya keinginan utk berbuat baik tak terpengaruh oleh pujian/ komentar/ respon manusia, tapi hanya untuk "Yang Maha Esa". Aku yakin koq, Mas Nanda punya ESQ yang tinggi. You've got a beautiful heart. Just spread it to others!

 

Post a Comment

<< Home